Ilustrasi : Ganjar Pranowo dan Danny Pomanto, Soal Bola Serupa tapi tak sama. (Foto: ist) |
TOPIK SULAWESI, Makassar – Belakangan ini ramai dibicarakan soal nasib persepak bolaan Indonesia yang menolak tim sepakbola Israel U20 bermain di Indonesia hingga berbuntut keputusan FIFA yang akhirnya membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Di tengah ramainya soal persepak bolaan tanah air, sosok tokoh politisi Ganjar Pranowo, atau disingkat GP yang paling ramai di bicarakan, baik dari sisi komentar negatif hingga bullyan yang menyerang GP.
Jika di tingkat nasional ada Ganjar Pranowo (GP) yang dihujat habis-habisan oleh netizen lantaran pernyataannya menolak tim Israel bermain di Indonesia, di Makassar ada Danny Pomanto, atau biasa disebut DP yang juga belakangan ramai disoroti para netizen pecinta sepakbola Sulawesi Selatan setelah klub PSM Makassar menjuarai Liga 1 2022/2023.
Baca Juga: Survey Archi: Peta Senayan di Sulsel, 3 Partai ini Disebut Berpeluang Raih 2 Kursi di Pileg 2024
Kejadian serupa tapi tak sama itupun kini jadi liar di tengah masyarakat. Mengingat kedua sosok ini merupakan bakal kandidat, satunya bakal calon Presiden dan satunya lagi bakal calon Gubernur Sulsel.
Walikota Makassar, Muh. Ramdhan Pomanto atau akrab disapa Danny Pomanto (DP) dikabarkan bakal mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur Sulawesi Selatan itu, belakangan menjadi viral dan ramai dibicarakan di tengah masyarakat khususnya dikalangan pecinta olahraga di Kota Daeng, lantaran DP dinilai enggan dan tidak berniat mendukung persepakbolaan Kota Makassar dengan mendirikan stadion, malah lebih memilih membangun fasilitas sport center dan fasilitas lainnya.
Menurut Danny, dalam aturannya swastalah yang harus buat stadion untuk klub sepakbola.
“Dalam aturannya swastalah yang harus bikin stadion, bukan pemerintah,”jelas Danny Pomanto, dikutip Era Nasional.
Alasan lain Danny menganggap bahwa stadion yang ada di Kota Makassar saat ini telah terdapat 3 stadion dari pemerintah Provinsi yakni stadion Sudiang, Mattoanging dan Barombong, namun terlantar semua. Itu semua wewenang provinsi. “Masa pemerintah kota mau bikin stadion sendiri lagi,”beber Danny.
Komentar negatif hingga cacian bertubi-tubi menyerang DP, penilaian buruk datang dari berbagai pihak baik kalangan anggota DPRD hingga tokoh-tokoh pemuda dan olahraga di Sulawesi Selatan, karena dianggap telah menyalahi janji-janjinya.
Sementara itu pengamat politik dari lembaga konsultan politik ARCHI Research & Strategy M. Fitriady menyebut bahwa apa yang telah terjadi pada dua sosok politisi itu sangat memungkinkan berdampak pada popularitas maupun elektabilitas bagi sosok GP dan DP.
Baca Juga: Survey ARCHI: Dari 9 Calon, 4 Nama Menguat di Pilgub Sulsel 2024
“Inisial nama hampir mirip, sorotan dari nitizen juga sama. Semua terkait sepakbola. Apa yang terjadi pada dua sosok ini sedikit banyaknya dapat mempengaruhi popularitas, likeabilitas sampai elektabilitas mereka” ujar Fitriady
“Popularitas mungkin naik, karena dibicarakan di berbagai platform media sosial sampai pada diskusi warkop. Bisa jadi akhirnya orang tahu siapa mereka. Hanya saja ada implikasi negatif dari segi kesukaan (likeability) hingga elektabilitasnya . Hal ini kita lihat dari serbuan komentar negatif untuk DP-GP yang bisa menurunkan likeability atau kesukaan terhadap calon, dan menurunnya likebility ini bisa mempengaruhi tingkat keterpilihan (elektabilitas) calon itu sendiri,” terang Fitriady.
Fitriady juga menambahkan cara menyikapi kejadian dan berbagai komentar negatif dari netizen oleh kedua sosok ini juga berbeda, “GP lebih memilih diam dan tetap membuat postingan kegiatannya untuk pencitraannya yang berkelanjutan. Hal ini terlihat dari beberapa akun media sosialnya yang 5 hari terakhir penontonnya mengalami peningkatan bahkan menembus angka 6 juta dan itu rekord buat akun Ganjar”.
“Sedangkan Danny Pomanto berbeda dalam menyikapi komentar negatif para netizen yang dialamatkan ke dirinya. DP justru bereaksi keras menanggapi serangan atas dirinya, dan yang paling lucu dari seorang DP, dalam postingan terakhirnya mengatakan bahwa dirinya lebih memilih diam karena ini ujian naik kelas, tapi faktanya ia justru merespon berbagai pernyataan yang menyerang dirinya, nah inikan tidak sinkron antara dia lebih memilih diam untuk naik kelas (katanya) atau sebenar-benarnya diam seperti GP.” tutup Fitriady.***(TS-Arya05)