Topsul. Riau– Di balik seragam cokelat yang penuh wibawa, tersimpan kisah pengabdian yang menyentuh hati. Bripka Doni Malindo, S.E., seorang anggota Satlantas Polres Inhu Polda Riau, memilih jalan sunyi: melayani masyarakat bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai panggilan hati. Di tengah tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparat penegak hukum, ia menjadikan kekuasaan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk memberi arti. Prinsipnya sederhana namun dalam: power is for service — kekuasaan digunakan untuk melayani.

Membantu Sopir Truk yang Kehabisan Bekal

Riau, sebagai wilayah yang padat aktivitas transportasi, kerap menjadi tempat persinggahan sopir-sopir truk dari berbagai daerah. Banyak di antaranya yang harus bertahan di jalan berhari-hari, jauh dari rumah, dan tidak jarang kehabisan bekal. Di sinilah empati Bripka Malindo bekerja. Saat bertugas di pos jalan lintas, ia menyempatkan diri membagikan makanan dan minuman kepada para sopir truk yang kelelahan. Tak sedikit dari mereka yang ia bantu saat sedang tidak memiliki uang atau bahkan saat sakit.

“Saya hanya membayangkan, bagaimana jika itu ayah saya sendiri di posisi mereka?” ujar Malindo dengan suara pelan.

Tindakan kecil yang dilakukannya ternyata memberi dampak besar. Para sopir merasa dihargai dan dimanusiakan. Hubungan polisi dan masyarakat pun menjadi lebih hangat dan akrab.

Menolong ODGJ Bertemu Keluarga

Pengabdian Bripka Malindo tidak berhenti di jalanan. Ia juga pernah membantu seorang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang telantar di jalan. Bukan dengan cara menggiringnya ke panti atau membiarkannya, Malindo memilih mendekati dengan hati-hati, mengajak berbicara, dan mencari tahu identitasnya. Berkat kesabaran dan ketelatenan, ia berhasil menghubungi pihak keluarga si ODGJ yang ternyata sudah mencarinya bertahun-tahun.

“Saya percaya, di balik kondisi yang tidak biasa, setiap orang tetap punya hak untuk kembali ke keluarganya,” tuturnya.

Momen pertemuan itu mengundang haru. Tangis keluarga pecah saat akhirnya bisa memeluk kembali anggota keluarga yang telah lama hilang. Bagi Malindo, itu adalah salah satu momen paling menyentuh dalam perjalanan dinasnya.

Merenovasi Rumah Warga Kurang Mampu

Tak hanya berhenti pada bantuan insidental, Bripka Malindo juga aktif mencari dan mendampingi warga-warga kurang mampu di wilayahnya. Ia pernah menggalang bantuan dari rekan sejawat dan masyarakat untuk merenovasi rumah seorang janda tua yang nyaris roboh. Dengan semangat gotong royong, rumah yang tadinya memprihatinkan berubah menjadi tempat tinggal yang layak dan aman.

“Rumah itu bukan hanya tempat tinggal, tapi juga simbol martabat. Dan saya rasa, semua orang berhak tinggal di tempat yang manusiawi,” jelasnya.

Menjaga Harmoni di Tengah Keluarga

Dalam kehidupan pribadinya, Malindo juga dikenal sebagai sosok ayah dan suami yang hangat. Ia berusaha menjaga keseimbangan antara tugas negara dan perannya dalam keluarga. Bagi Malindo, keluarga adalah pondasi utama dalam setiap langkahnya melayani masyarakat.

“Kalau kita bisa menjadi ayah yang baik di rumah, kita juga bisa jadi pelayan yang baik untuk warga,” katanya dengan senyum.

Ia mengakui bahwa waktu untuk keluarga sering kali tersita oleh tugas. Namun, ia mengimbanginya dengan menciptakan momen-momen berkualitas setiap kali ada waktu luang. Ia ingin anak-anaknya tumbuh melihat bahwa ayahnya adalah seorang pelayan masyarakat, bukan sekadar polisi.

Menginspirasi Generasi Polisi Muda

Kisah Bripka Doni Malindo tidak hanya menjadi buah bibir di tengah masyarakat Riau, tetapi juga menyebar sebagai inspirasi di lingkungan kepolisian. Banyak anggota muda yang mulai melihat tugas kepolisian bukan semata soal penindakan hukum, tetapi juga ruang pengabdian dan pelayanan.

“Kita mungkin tidak bisa mengubah dunia, tapi kita bisa mengubah dunia seseorang dengan satu kebaikan,” tutup Malindo.

Suka Duka di Jalan Raya: Bripka Doni Malindo dan Cerita di Balik Peluit

Menjadi anggota polisi lalu lintas bukan pekerjaan yang ringan. Di balik peluit yang ditiup setiap hari, ada beban tanggung jawab besar yang tak banyak orang tahu. Begitu pula yang dirasakan Bripka Doni Malindo, S.E., selama lebih dari sepuluh tahun berdinas di satuan Satlantas Polres Riau. Ia tak hanya menghadapi kemacetan dan pelanggaran, tapi juga manusia dengan berbagai karakter dan situasi.

“Di jalan raya, kita bukan hanya menghadapi kendaraan, tapi juga emosi. Ada orang yang sedang buru-buru, ada yang sedang stres, bahkan ada yang membawa masalah rumah tangga ke setir mobil,” ujar Malindo sambil tersenyum.

Tantangan: Dari Diteriaki sampai Dituduh Tak Adil

Salah satu tantangan terberat bagi Malindo adalah menghadapi masyarakat yang belum memahami peraturan lalu lintas atau yang menolak ditertibkan. Tak jarang ia menerima caci maki hanya karena menegur pengendara yang tidak memakai helm atau menerobos lampu merah.

“Pernah saya dituduh pilih kasih, padahal semua tindakan saya berdasarkan aturan. Tapi saya sadar, tugas kita bukan untuk disukai, melainkan untuk menegakkan ketertiban dengan cara yang manusiawi,” katanya.

Namun, Malindo tidak menyikapi semua itu dengan amarah. Ia percaya bahwa pendekatan yang baik bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap polisi. Ia sering memilih menasihati daripada langsung menilang, terutama pada pelanggar pemula atau orang tua yang terlihat kebingungan di jalan.

Momen Haru: Saat Warga Balik Mengucapkan Terima Kasih

Meski tantangan selalu ada, Malindo tak menampik bahwa tugasnya juga membawa banyak momen mengharukan. Ia pernah menolong ibu-ibu yang mogok di tengah jalan sambil membawa anak sakit, bahkan mengawal mereka sampai rumah sakit terdekat.

“Beberapa hari kemudian, ibu itu datang ke pos lantas dan membawa nasi kotak. Ia cuma bilang, ‘Terima kasih, Pak. Kalau bukan Bapak, mungkin anak saya sudah tidak tertolong.’ Itu yang membuat saya yakin, sekecil apa pun kebaikan akan selalu kembali dengan cara yang tak terduga,” ujar Doni haru.

Ada pula momen ketika anak-anak kecil di pinggir jalan melambaikan tangan saat melihatnya berjaga. Senyuman dan sapaan polos itu cukup menjadi semangat bagi Doni untuk terus menjalani tugasnya dengan tulus.

Keluarga: Pilar yang Menjadi Tempat Pulang

Di tengah padatnya tugas, Doni mengakui bahwa keluarga adalah sumber energi dan pelabuhan setelah lelah menjalani hari. Istrinya yang selalu memahami dan anak-anak yang menunggu di rumah adalah alasan mengapa ia bisa tetap kuat menghadapi berbagai tekanan.

“Terkadang saya pulang malam, bahkan tak sempat makan bersama. Tapi istri saya tahu, saya bekerja bukan untuk meninggalkan rumah, tapi untuk memberi yang terbaik bagi masyarakat dan keluarga,” ujarnya.

Ia juga berusaha memberi contoh pada anak-anaknya bahwa pekerjaan harus dijalani dengan hati. Ia ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tapi juga peduli terhadap sesama.

Dengan segala suka duka itu, Bripka Doni Malindo tetap setia menjalani perannya. Sebagai polisi lalu lintas, ia bukan hanya penjaga simpang jalan, tapi penjaga harapan dan pelayan kemanusiaan. Dalam tugas yang penuh risiko, ia memilih berdiri di tengah panas dan hujan — bukan demi popularitas, tapi demi pengabdian.

“Selama saya masih mampu berdiri, saya akan tetap melayani,” pungkasnya mantap.

Akhir kata 

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi institusi kepolisian, sosok seperti Bripka Doni Malindo menunjukkan wajah lain dari pengabdian. Bahwa menjadi polisi bukan sekadar menjaga keamanan, tetapi juga menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat dengan hati. Kisah ini semoga menjadi lentera bagi setiap anggota kepolisian di penjuru negeri, bahwa kekuasaan sejati adalah saat ia digunakan untuk melayani.

Untuk Publikasi Media Sosial:

📌 #PowerIsForService 🔹 Polisi bukan hanya soal seragam dan senjata. Tapi tentang hati yang mau melayani. 🔹 Seperti Bripka Doni Malindo, S.E. dari Polres Riau, yang memilih jalan sunyi: menolong tanpa diminta, hadir tanpa disorot kamera. 🔹 Dari membantu sopir truk yang kehabisan bekal, mempertemukan ODGJ dengan keluarganya, sampai merenovasi rumah warga yang nyaris roboh — ia menunjukkan bahwa kekuasaan bukan untuk ditakuti, tapi untuk memberi arti.

❤️ Polisi yang dicintai rakyat bukan karena tegasnya, tapi karena hatinya yang tak pernah lelah memberi.

🌾 Semoga kisah Bripka Doni menginspirasi ribuan polisi lainnya. Karena negeri ini butuh lebih banyak pelindung yang tulus, bukan hanya penjaga aturan.

📣 Ayo sebarkan semangat kebaikan ini. Tag rekan-rekanmu yang berdinas, mari menjadi polisi yang dekat di hati rakyat.

📷 #PolisiMenginspirasi #PolisiPelayanMasyarakat #BripkaDoniMalindo #PolresRiau #KepedulianTanpaBatas