TOPsul. Tolitoli – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tolitoli menggandeng tim peneliti dari Universitas Tadulako (Untad) Palu dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) tahun 2025–2029. Kegiatan ini juga melibatkan sejumlah instansi teknis terkait.
Kepala BPBD Tolitoli, Abdullah Haruna, menjelaskan bahwa penyusunan RPB merupakan kewajiban pemerintah daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dokumen ini menjadi pedoman dalam upaya pencegahan, kesiapsiagaan, hingga penanganan bencana secara terencana dan terpadu.
“Diskusi ini penting untuk menyamakan persepsi antarinstansi dalam penyusunan RPB agar langkah-langkah penanggulangan bencana ke depan bisa lebih terarah,” ujar Abdullah.
Abdullah menyebut, terdapat sepuluh jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Tolitoli, di antaranya banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, serta tanah longsor.
Berdasarkan data dari InaRISK, platform resmi BNPB untuk pemetaan risiko bencana di Indonesia, Kabupaten Tolitoli memiliki indeks risiko bencana sebesar 127,32 pada tahun 2015 dan 2024. Angka tersebut menempatkan Tolitoli dalam kategori risiko sedang.
“Kami menargetkan indeks risiko bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tolitoli tahun 2025–2045 tetap berada pada kategori sedang,” tambahnya.
Sementara itu, Dr. Lalu Hendra, M.Si, selaku ketua tim peneliti pengabdian masyarakat dari Untad Palu, menyampaikan bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan rencana penanggulangan bencana yang realistis dan berbasis data ilmiah.
“Kami membantu pemerintah daerah dalam memetakan potensi risiko bencana dengan pendekatan ilmiah, agar setiap kebijakan penanggulangan memiliki dasar yang kuat,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, penyusunan RPB bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban administratif, tetapi menjadi upaya nyata dalam membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman bencana.
“Sinergi antara akademisi dan pemerintah daerah penting untuk memperkuat ketahanan masyarakat di daerah rawan bencana seperti Tolitoli,” tutup Dr. Hendra.
Melalui kolaborasi ini, BPBD Tolitoli berharap rencana penanggulangan bencana yang disusun dapat menjadi acuan bersama dalam membangun daerah yang tangguh dan siap menghadapi berbagai potensi bencana.